Sabtu, 03 Mei 2014

Hukum laki-laki menjenguk muslimah yang sakit

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta
alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu
'Alaihi Wasallam-, keluarga dan pra sahabatnya.
Menjenguk orang sakit termasuk di antara akhlak Islam
yang mulia. Ia bagian misi rahmat Islam, khususnya
terhadap orang-orang lemah. Karena orang sakit sedang
merasakan penderitaan dan menahan rasa sakit yang
menyerangnya. Oleh sebab itu, ia lebih membutuhkan
perhatian dan bantuan dari sesamanya serta hiburan dan
motifasi untuk menguatkannya. Karena itulah Islam
memberikan perhatian besar terhadap akhlak mulia ini
melalui lisan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam .
ﺃَﻃْﻌِﻤُﻮﺍ ﺍﻟْﺠَﺎﺋِﻊَ ﻭَﻋُﻮﺩُﻭﺍ ﺍﻟْﻤَﺮِﻳﺾَ ﻭَﻓُﻜُّﻮﺍ ﺍﻟْﻌَﺎﻧِﻲَ
" Berilah makan oleh kalian orang yang lapar,
jenguklah orang sakit, dan bebaskan tawanan
(muslim). " (HR. Al-Bukhari Dari Abu Musa al-Asy'ari
Radhiyallahu 'Anhu )
Dituturkan oleh al-Bara' bin Azib Radhiyallahu 'Anhu ,
ia berkata: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
memerintahkan kepada kami dengan tujuh perkara dan
melarang kami dari tujuh perkara: Beliau
memerintahkan kami agar menjenguk orang
sakit. . ." (Muttafaq 'alaih)
Pentingnya akhlak ini dalam struktur masyarakat
muslim, Islam menjadikannya sebagai bagian dari hak
ukhuwah islamiyah yang harus ditunaikan seorang
muslim terhadap saudara muslimya yang lain.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
ﺣَﻖُّ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢِ ﺧَﻤْﺲٌ ﺭَﺩُّ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡِ ﻭَﻋِﻴَﺎﺩَﺓُ ﺍﻟْﻤَﺮِﻳﺾِ ﻭَﺍﺗِّﺒَﺎﻉُ ﺍﻟْﺠَﻨَﺎﺋِﺰِ
ﻭَﺇِﺟَﺎﺑَﺔُ ﺍﻟﺪَّﻋْﻮَﺓِ ﻭَﺗَﺸْﻤِﻴﺖُ ﺍﻟْﻌَﺎﻃِﺲِ
" Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima:
Menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantar
jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan yang
bersin. ” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah Radhiyallahu 'Anhu )

Akhlak Islam yang mulia ini berlaku secara umum
untuk laki-laki dan wanita. Kalau antar sesama jenis
tentu tidak kita perselisihkan, yakni laki-laki menjenguk
laki-laki lainnya, wanita menjenguk sesama wanita.
Namun bagaimana jika yang sakit seorang wanita
muslimah, apakah laki-laki muslim yang tidak punya
hubungan mahram atau kekerabatan juga dianjurkan
menjenguknya?

Pada dasarnya, seorang laki-laki muslim boleh
menjenguk muslimah –bukan mahramnya- yang sedang
sakit. Juga sebaliknya, seorang muslimah boleh
menjenguk seorang muslim –bukan mahramnya- yang
sedang sakit. Dan ia akan mendapatkan pahala dan
keutamaan menjenguk orang sakit.

Tentu ini dengan
beberapa syarat, yaitu: bisa menjaga aurat, aman dari
fitnah, dan tidak khalwat (berduaan).

Imam al-Bukhari membuat bab dalam Shahihnya, Bab
Iyadah al-Nisa’ al-rijal (bab kaum wanita menjenguk
kaum lelaki) dan Ummu Darda’ menjenguk seorang
laki-laki Anshar yang tinggal di masjid. Kemudian
beliau menyebutkan hadits Aisyah Radhiyallahu 'Anha
bahwa dia menjenguk Abu Bakar dan Bilal
Radhiyallahu 'Anhuma saat keduanya sakit ketika baru
sampai di Madinah.
Ummu Salamah juga pernah menjengk Syamas bin
Utsman dan lainnya. Diceritakan pula tentang wanita
Anshar yang menjenguk Utsman bin Madz’un saat ia
sakit dan dirawat di salah satu rumah di kampung
mereka. Saat ia meninggal maka para wanita Anshar
memberikan kesaksian baik untuknya.
Imam Muslim meriwatakan dari Anas Radhiyallahu
'Anhu , “Bahwasanya Abu Bakar berkata kepada Umar
Radhiyallahu 'Anhu setelah wafatnya Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam ,
ﺍﻧْﻄَﻠِﻖْ ﺑِﻨَﺎ ﺇﻟَﻰ ﺃُﻡِّ ﺃَﻳْﻤَﻦَ ﻧَﺰُﻭﺭُﻫَﺎ ، ﻛَﻤَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
ﻳَﺰُﻭﺭُﻫَﺎ , ﻭَﺫَﻫَﺒَﺎ ﺇﻟَﻴْﻬَﺎ
“Mari kita pergi ke Ummu Aiman untuk
mengunjunginya, sebagaimana Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam dahulu biasa mengunjunginya. Maka
keduanya pergi ke sana.”

Ibnu Al-Jauzi Rahimahullah berkata, “Dan lebih utama
membawa maksud itu atas orang yang tidak khawatir
fitnah, seperti wanita tua.” Wallahu Ta’ala A’lam.

[PurWD/voa-islam.com]

Istighfar penghapus dosa besar

Asataghfirullaah Laa Ilaaha Illaa HuwalHayyal
Qayyuma wa Atuubu Ilaihi

“Aku mohon ampun dan bertaubat kepada Allah yang
tiada tuhan (berhak disembah) kecuali hanya Dia, Dzat
Maha hidup kekal dan berdiri sendiri”

Sumber Doa
Dari Zaid bin Haritsah –maula Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam- berkata: Aku mendengar Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﺤَﻲَّ ﺍﻟْﻘَﻴُّﻮﻡَ ﻭَﺃَﺗُﻮﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻏُﻔِﺮَ
ﻟَﻪُ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻗَﺪْ ﻓَﺮَّ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺰَّﺣْﻒِ
“Siapa yang membaca Asataghfirullaah Laa Ilaaha Illaa
HuwalHayyal Qayyuma wa Atuubu Ilaihi maka akan
diampuni dosanya walaupun ia pernah lari dari medan
perang.” (HR. Abu Dawud, Al-Tirmidzi, al-Thabrani,
Al-Hakim dan Ibnu Abi Syaibah. Dishahihkan oleh
Syaikh Al-Albani Rahimahullah di Shahih Abi Dawud
dan Shahih al-Tirmidzi)

Terdapat tambahan dalam sebagian riwayat –seperti
dalam Sunan Al-Tirmidzi & al-Hakim-, “Astaghfirullah
Al-‘Adzim”.
Tempat Khusus Membacanya?
Telah datang beberapa riwayat yang menerangkan
tempat khusus untuk membaca doa istighfar ini, seperti
sesudah shalat, bangun tidur, dan di pagi hari Jum’at.
Namun tak satupun dari keterangan-keterangan tersebut
yang shahih sehingga tidak bisa diamalkan dengan
kekhususannya tersebut.

Ada hadits yang berstatus maqbul –sebagian ulama
menghasankannya dan sebagian lain menshahihkannya-
menyebutkan istighfar tersebut tanpa mengaitkannya
dengan waktu-waktu tertentu. Bisa dibaca pada waktu
yang bebas tanpa mengkhususkannya dengan waktu
dan tempat.

Al-Hakim mengeluarkannya dalam Mustadraknya dari
hadits Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu 'Anhu , ia
berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda:
ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﺤَﻲَّ ﺍﻟْﻘَﻴُّﻮﻡَ ﻭَﺃَﺗُﻮﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺛَﻠَﺎﺛًﺎ
ﻏُﻔِﺮَﺕْ ﺫُﻧُﻮْﺑُﻪُ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻗَﺪْ ﻓَﺎﺭًّﺍ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺰَّﺣْﻒ
ِ
“Siapa yang membaca Asataghfirullaah Alladzii Laa
Ilaaha Illaa HuwalHayyal Qayyuma wa Atuubu Ilaihi
maka diampuni dosa-dosanya walaupun ia pernah lari
dari medan perang.”

(HR. Al-Hakim, beliau berkata:
“ini adalah hadits shahih sesuai syarat Muslim namun
Al-Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya.”
Hadits ini juga dikeluarkan oleh Al-Thabrani dalam Al-
Mu’jam Al-Kabir, no. 8541. Abu Nu’aim meriwayatkan
yang serupa dalam Akhbar Ashbahan dari hadits Abu
Hurairah Radhiyallahu 'Anhu )
Keutamaannya
Doa ini mengandung istighfar (permohonan ampunan)
yang sangat agung dan memakai wasilah (sarana) yang
sangat mulia dengan menyebut nama-nama Allah yang
Maha Indah –Allah, Al-Adzim, Al-Hayyu, dan Al-
Qayyum-, ikrar akan uluhiyah Allah dan tekad
bertaubat saat itu juga.

Astaghfirullah memiliki makna meminta ampunan
kepada Allah, memohon agar Allah menutupi dosa-
dosanya, dan tidak menghukumnya atas dosa-dosa
tersebut.
Disebut kalimat tauhid setelah kalimat “Aku meminta
ampun kepada Allah” memberikan makna bahwa
hamba tersebut mengakui kewajibannya untuk ibadah
kepada Allah semata yang itu menjadi hak Allah
Subhanahu Wa Ta'ala . Ini menuntut agar orang yang
beristighfar untuk membuktikan ubudiyahnya kepada
Allah dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan
menjauhi larangan-larangan-Nya.
Al-Hayyul Qayyum: dua nama Allah yang agung ini
disebut sesudahnya memiliki kaitan dengan permintaan
ampunan karena semua nama Allah dan sifat-Nya yang
Maha tinggi yang Dzatiyah dan Fi’liyah kembali
kepada keduanya. Sifat Dzatiyah merujuk kepada nama
Al-Hayyu (Maha hidup kekal). Sedangkan sifat fi’liyah
kembali kepada nama Al-Qayyum (Tegak berdiri
sendiri dan mengurusi semua makhluk-Nya)
Ditutup doa tersebut dengan Waatubu Ilaihi (Aku
bertaubat kepada-Nya) mengandung keinginan kuat
dari hamba untuk bertaubat (kembali) kepada Allah
Tabaraka wa Ta’ala. Karenanya jika hamba
mengucapkan kalimat ini hendaknya ia jujur dalam
melafadzkannya pada dzahir & batinnya. Jika ia dusta,
dikhawatirkan ia tertimpa kemurkaan Allah. (Lihat al-
Fuuthaat al-Rabbaniyah: 3/701)
Allah siapkan balasan terbaik untuknya, yakni ampunan
untuknya sehingga dihapuskan dosa-dosanya, ditutupi
aib-aibnya, dilapangkan rizkinya, dijaga fisiknya,
dipelihara hartanya, mendapat kucuran barakah,
semakin meningkat kualitas agamanya, menjapatkan
jaminan keamanan di dunia dan akhirat, dan mendapat
keridhaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala .

Dosa yang akan diampuni dengan doa istighfar ini
bukan hanya dosa-dosa kecil, tapi juga dosa besar.
Bahkan dosa yang terkategori min akbaril dzunub (dosa
paling besar), yaitu lari dari medan perang, “. . .
walaupun ia pernah lari dari medan perang.”
Lari dari medan perang adalah lari meninggalkan
medan jihad fi sabilillah saat berkecamuk peperangan
melawan orang kafir. Ini menunjukkan bahwa melalui
doa istighfar yang agung ini Allah akan mengampuni
dosa-dosa terbesar yang tidak memiliki konsekuensi
hukuman jiwa dan harta seperti lari dari medan perang
dan dosa-dosa semisalnya.

Jika hamba mengucapkan
doa di atas dengan ikhlash, jujur, memahami makna-
maknanya; niscaya ia akan mendapatkan kabar gembira
maghfirah yang agung ini.

Jumat, 02 Mei 2014

Ta'aruf di dunia maya

Berta’aruf di Dunia Maya

Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh…….
“Ukhti, aku tertarik ta’aruf samaanti.” Itulah
kalimat yang sering diadukan oleh para
akhwat (yang penulis kenal). Dalam satu
minggu bisa ada dua tawaran ta’aruf dari
ikhwan dunia maya.
Berdasarkan curhat para akhwat, rata-rata si
ikhwan tertarik pada akhwat melalui
penilaian komentar akhwat.
Banyaknya jaringan sosial di dunia maya
seperti facebook,facelim,twitter,
friendster,ebbudy,yahoo messenger, dll,
menjadikan akhwat dan ikhwan mudah
berinteraksi tanpa batas.
Begitu lembut dan halusnya jebakan dunia
maya, tanpa disadari mudah
menggelincirkan diri manusia ke jurang
kebinasaan.
Kasus ta’aruf ini sangat memprihatinkan
sebenarnya.
Seorang bergelar ikhwan memajang profil
islami, tapi serampangan memaknai ta’aruf.
Melihat akhwat yang dinilai bagus kualitas
agamanya, langsung berani mengungkapkan
kata ‘ta’aruf’, tanpa perantara.
Jangan memaknai kata “ta’aruf” secara
sempit, pelajari dulu serangkaian tata cara
ta’aruf atau kaidah-kaidah yang dibenarkan
oleh Islam. Jika memakai kata ta’aruf untuk
bebas berinteraksi dengan lawan jenis,
lantas apa bedanya yang telah mendapat
hidayah dengan yang masih jahiliyah? Islam
telah memberi konsep yang jelas
dalam tata cara ta’aruf.
Suatu ketika ada sebuah cerita di salah satu
situs jejaring sosial, pasangan akhwat-
ikhwan mengatakan sedang ta’aruf, dan
untuk menjaga perasaan masing-masing,
digantilah status mereka berdua sebagai
pasutri, sungguh memiriskan hati.
Pernah juga ada kisah ikhwan- akhwat yang
saling mengumbar kegenitan di dunia maya,
berikut ini petikan obrolannya:“Ass
alamualaikum ukhti,” Sapa sang ikhwan.
“‘Wa’alikumsalam akhi,” Balas
sang akhwat.
“Subhanallah ukhti, ana kagum dengan
kepribadian anti, seperti Sumayyah, seperti
Khaulah binti azwar, bla bla bla bla…” puji
ikhwan tersebut.
Apakah berakhir sampai di sini? Oh no….
Rupanya yang di temui ini juga akhwat
genit, maka berlanjutlah obrolan tersebut, si
ikhwan bertanya apakah si akhwat sudah
punya calon, lantas si akhwat menjawab.
“Alangkah beruntungnya akhwat yang
mendapatkan akhi kelak.”
Sang ikhwan pun tidak mau kalah, balas
memuji akhwat.
“Subhanallah, sangat beruntung ikhwan
yang mendapatkan bidadari dunia seperti
anti.”
Banyaknya jaringan sosial di dunia maya
menjadikan akhwat dan ikhwan mudah
berinteraksi tanpa batas. Ikhwannya
membabi buta, akhwatnya terpedaya….
Owh mengerikan, berlebay-lebay di dunia
maya, syaitan tak mau menyia-nyiakan
kesempatan ini.
Lalu tertancaplah rasa, bermekaran di dada
dua sejoli tersebut, yang belum ada ikatan
pernikahan.
Dengan bangganya sang ikhwan
menaburkan janji-janji manis, akan
mengajak akhwat hidup di planet mars,
mengunjungi benua-benua di dunia. Hingga
larutlah keduanya dalam janji- janji lebay.
Ikhwannya membabi buta, akhwatnya
terpedaya…… na’udzubillah tsuma
na’udzubillah, bukan begitu ta’aruf yang
Rasulullah saw ajarkan.
Wahai saudaraku Ikhwan, Jangan
Permainkan Ta’aruf! Muslimah itu mutiara,
tidak
sembarang orang boleh menyentuhnya,
tidak sembarang orang boleh emandangnya.
Jika kalian punya keinginan untuk
menikahinya, carilah cara yang baik yang
dibenarkan Islam.
Cari tahu informasi tentang akhwat melalui
pihak ketiga yang bisa dipercaya.
Jika maksud ta’arufmu untuk
menggenapkan separuh agamamu, silakan
saja,
tapi prosesnya jangan keluar dari koridor
Islam.
Wahai saudaraku Ikhwan, relakah jika
adikmu dijadikan ajang coba-coba ta’aruf
oleh
orang lain? Tentu engkau keberatan bukan?
….
Wahai ikhwan, relakah jika adikmu
dijadikan ajang coba- coba ta’aruf oleh
orang lain?
Tentu engkau keberatan bukan? Jagalah
izzah muslimah, mereka adalah saudaramu.
Pasanglah tabir pembatas dalam interaksi
dengannya. Pahamilah, hati wanita itu
lembut dan mudah tersentuh, akan timbul
guncangan batin jika jeratan yang kalian
tabur tersebut hanya sekedar main-main.
Jagalah hati mereka, jangan banyak
memberi harapan atau menabur simpati
yang dapat melunturkan keimanan mereka.
Mereka adalah wanita-wanita pemalu yang
ingin meneladani wanita mulia di awal-awal
Islam, biarkan iman mereka bertambah
dalam balutan rasa nyaman dan aman dari
gangguan JIL (Jaringan Ikhwan Lebay)
Wahai saudaraku Ikhwan, Ini hanya sekedar
nasihat, jangan mudah percaya dengan
apa yang dipresentasikan orang di dunia
maya, karena foto dan kata-kata yang tidak
kamu ketahui kejelasan karakter wanita,
tidak dapat dijadikan tolak ukur
kesalehahan mereka, hendaklah mengutus
orang yang amanah yang membantumu
mencari data dan informasinya.
luasnya ilmu yang engkau miliki tidak
menjadikan engkau mulia, jika tidak kau
imbangi dengan menjaga adab pergaulan
dengan lawan jenis….
Wahai ikhwan, luasnya ilmu yang engkau
miliki tidak menjadikan engkau mulia, jika
tidak kau imbangi dengan menjaga adab
pergaulan dengan lawan jenis.
Duhai Akhwat, Jaga Hijabmu! Duhai
akhwat, jaga hijabmu agar tidak runtuh
kewibaanmu.
Jangan bangga karena banyaknya ikhwan
yang menginginkan taaruf. Karena ta’aruf
yang tidak berdasarkan aturan syar’i,
sesungguhnya sama saja si ikhwan
meredahkanmu.
Jiika ikhwan itu punya niat yang benar dan
serius, tentu akan memakai cara yang
Rasulullah saw ajarkan, dan tidak langsung
menembak kalian dengan caranya sendiri.
Duhai akhwat, terkadang kita harus
mengoreksi cara kita berinteraksi dengan
mereka,
apakah ada yang salah hingga membuat
mereka tertarik dengan kita? Terlalu
lunakkah
sikap kita terhadapnya? Duhai akhwat,
sadarilah, orang- orang yang engkau kenal
di
dunia maya tidak semua memberikan
informasi yang sebenarnya, waspadalah,
karena
engkau adalah sebaik-baik wanita yang
menggenggam amanah Ilahi. Jangan mudah
terpedaya oleh rayuan orang di dunia maya.
berhiaslah dengan akhlak islami, jangan
mengumbar kegenitan pada ikhwan yang
bukan
mahram….
Duhai akhwat, berhiaslah dengan akhlak
islami, jangan mengumbar kegenitan pada
ikhwan yang bukan mahram, biarkan apa
yang ada di dirimu menjadi simpanan manis
buat suamimu kelak.
Duhai akhwat, ta’aruf yang sesungguhnya
haruslah berdasarkan cara Islam, bukan
dengan cara mengumbar rasa sebelum ada
akad nikah.
Hal-hal yang i perlu diperhatikan untuk
akhwat ataupun ikhwan :
4 Hal Saat Muslim dan Muslimah / Ikhwan
dan Akhwat Berta’aruf
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
seorang muslim dan muslimah dalam
menjalankan proses ta’aruf, diantaranya:
Pertama, bersihkan niat, dan ikhlaskan
menikah adalah ibadah semata untuk
mencari ridhaNya.
Tidak mudah memang menerima “calon
suami” kita apa adanya, apalagi apabila
yang datang tidak sesuai dengan “kriteria”
yang kita harapkan.
Di sinilah sandungan/ujian pertama
keikhlasan kita.
Kedua, jaga nilai-nilai yang ada pada saat
proses ta’aruf.
Usahakan semuanya sesuai dengan landasan
syar’i yang ada.
sangat disayangkan apabila niat yang sudah
diusahakan untuk bersih, terkotori oleh hal-
hal yang berbau maksiat.
Ketiga, terus berdo’a, memohon petunjuk
dan bimbinganNya.
Mohon dilapangkan hati, dimudahkan
jalannya, dan diberi kemantapan tekad
untuk
melakukan yang terbaik sesuai
kehendakNya.
Karena kita mahluk yang lemah dan sangat
lemah, adakalanya kita tidak kuat
menjalani hal yang terjadi, maka mohonlah
kekuatan dariNya.
Keempat, tawakkal.
Setelah niat yang kita usahakan, proses
yang kita jaga, terakhir yang terbaik kita
lakukan adalah tawakkal.
Apapun yang terjadi, serahkan semua itu
padaNya. Karena
hanya Dialah yang Mahatahu apa yang
akan terjadi nanti, dan hanya Allah yang
tahu yang terbaik untuk kita di dunia
akhirat. Tidak ada yang lebih indah dari
tawakkal ini.
Dua hal yang mengagumkan untuk seorang
muslim/muslimah, adalah pada saat dia
diberi musibah dia bersabar, dan pada saat
dia diberi kenikmatan dia bersyukur. Dan
kedua-duanya adalah baik. Begitu juga
dengan proses ta’aruf yang terjadi.
Apabila pada saat berjalannya proses,
semuanya sesuai dengan harapan kita, maka
kita
bersyukur. Dan bila yang terjadi adalah
sebaliknya, ternyata tidak sesuai, maka kita
bersabar.
Wallahu’alam bishowab.

Selasa, 22 April 2014

Jilbab menyelamatkanmu dari siksa api neraka

Mohon maaf bukan niat hati tuk
menghakimi ukhtii yang belum bisa
memakai jilbab tapi pada dasarnya hanya
sekedar untuk saling mengingatkan saja
sesama umat islam khususnya wanita,,

" Imam Ali as berkata: “Saya dan Fathimah
menghadap Rasulullah saw dan kami
melihat beliau dalam keadaan menangis
tersedu-sedu dan kami berkata kepada
beliau: “Demi ayah dan ibuku sebagai
jaminanmu, apa yang membuat anda
menangis tersedu-sedu?”
Rasulullah bersabda: “wahai Ali pada
malam mi’raj ketika aku pergi ke langit ,aku
melihat wanita–wanita umatku dalam azab
dan siksa yang sangat pedih sehingga aku
tidak mengenali mereka. Oleh karena itu,
sejak aku melihat pedihnya azab dan siksa
mereka, aku menangis. Kemudian beliau
bersabda:

1. Aku melihat wanita yang digantung
dengan rambutnya dan otak kepalanya
mendidih. Rasulullah saw bersabda:
“Wanita yang digantung dengan rambutnya
dan otak kepalanya mendidih adalah wanita
yang tidak mau menutupi rambutnya dari
pandangan laki-laki yang bukan mahram.
Sepenggal cerita Ali as diatas dari 11 sabda
Rosullullah mengenai wanita yang masuk
neraka nererangkan dengan jelas
bahwasanya seorang wanita akan masuk
neraka jika tidak menutupi rambutnya atau
memakai jilbab(Hijab)

Mungkin Kaum wanita sekarang
menyangka bahwa tidak memakai jilbab
adalah dosa kecil,bahkan ada yang bilang
lebih baik tak memakai jelbab dari pada
memakai juga tak bisa menjaga
kelakuannya"
Kaum wanita menganggap yang terpenting
hatinya dan bisa menjaga prilaku dan
mengerjakan sholat, puasa, zakat dan haji
yang mereka lakukan.
Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 5 baris
terakhir yang artinya sbb: “….. Barang
siapa yang mengingkari hukum-hukum
syariat Islam sesudah beriman, maka
hapuslah pahala amalnya bahkan di akhirat
dia termasuk orang-orang yang merugi”.

Sebagaimana telah diterangkan dimuka,
memakai jilbab bagi kaum wanita adalah
hukum syariat Islam yang digariskan Allah
dalam surat An-Nur ayat 59. Jadi kaum
wanita yang tak memakainya, mereka telah
mengingkari hukum syariat Islam dan bagi
mereka berlaku ketentuan Allah yang tak
bisa ditawar lagi, yaitu hapus pahala shalat,
puasa, zakat dan haji mereka?.

Sikap Allah diatas ini sama dengan sikap
manusia dalam kehidupan sehari-hari
sebagai terlambang dari peribahasa
seperti:“Rusak susu sebelanga, karena nila
setitik,”. Contoh segelas susu adalah enak
diminum. Tetapi kalau dalam susu itu ada
setetes kotoran manusia, kita tidak
membuang kotoran tersebut lalu meminum
susu tersebut, tetapi kita membuang seluruh
susu tersebut. Begitulah sikap manusia jika
ada barang yang kotor mencampuri barang
yang bersih. Kalau manusia tidak mau
meminum susu yang bercampur sedikit
kotoran, begitu juga Allah tidak mau
menerima amal ibadah manusia kalau satu
saja perintah-Nya diingkari.

Di dalam surat Al A’raaf ayat 147, Allah
menegaskan lagi sikapNya terhadap wanita
yang tak mau memakai jilbab, yang
berbunyi sbb.:
“Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami, juga mendustakan akhirat, hapuslah
seluruh pahala amal kebaikan. Bukankah
mereka tidak akan diberi balasan selain dari
apa yang telah mereka kerjakan?” Kaum
wanita yang tak memakai jilbab didalam
hidupnya, mereka telah sesuai dengan bunyi
ayat Allah diatas ini, hapuslah pahala shalat,
puasa, zakat, haji mereka. Kaum wanita
yang tak mau memakai jilbab berada dalam
neraka sebagaimana bunyi hadits Nabi
Muhammad SAW diatas, jdi ditegaskan
Allah sebagaimana firmanNya di dalam
surat Al A’raaf ayat 36 yang artinya seperti:
“Adapun orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri
terhadapnya, mereka itulah penghuni
neraka, mereka kekal didalamnya”.

Kaum wanita yang tak mau memakai jilbab,
adalah mendustakan ayat Allah surat An
Nur ayat 31 dan Al Ahzab ayat 59 dan
menyombongkan diri terhadap perintah
Allah tersebut, maka sesuai dengan bunyi
ayat tersebut diatas mereka kekal didalam
neraka.

Ummat Islam selama ini menyangka
tidak kekal didalam neraka, karena ada
syafaat atau pertolongan Nabi Muhammad
SAW yang memohon kepada Allah agar
ummat yang berdosa dikeluarkan dari
neraka. Mereka yang dikeluarkan Allah dari
neraka, mereka yang dalam hidupnya ada
perasaan takut kepada Allah. Tetapi kaum
wanita yang tak mau memakai jilbab, tidak
ada perasaan takutnya akan siksa Allah,
sebab itulah mereka kekal didalam neraka.

Sekarang kaum wanita yang tak mau
berjilbab, dapat menanyakan kepada hati
nurani mereka masing-masing. Apakah
terasa berdosa bagaikan gunung yang
sewaktu- waktu jatuh menghimpitnya atau
bagaikan lalat yang hinggap dihidung
mereka?.
Kalau kaum wanita yang tak mau memakai
jilbab, menganggap enteng dosa mereka
bagaikan lalat yang hinggap dihidungnya,
maka tak akan bertobat didalam hidupnya.

Atau dalam perkataan lain tidak ada
perasaan takutnya kepada Allah, sebab itu
mereka kekal didalam neraka sebagaimana
bunyi surat Al-A’raaf ayat 36 di atas.
Jadi mereka tak mendapat syafaat atau
pertolongan Nabi Muhammad SAW nanti di
akhirat.

Banyak sekali kaum wanita yang
tak berjilbab sungguhpun mereka
mendirikan shalat, puasa, zakat dan haji,
tetapi telah hapus nilai pahalanya disisi
Allah telah terjadi di zaman kita ini dan
akan berketerusan sampai hari kiamat,
kecuali dakwah menghidupkan risalah jilbab
ini dikerjakan bersama-sama oleh seluruh
ummat Islam, yaitu dengan mencetak ulang
buku yang tipis ini dengan jumlah yang
banyak dan disebarkan secara cuma-cuma
ketengah-tengah ummat Islam.
Sesungguhnya banyak kaum wanita yang
hapus pahala shalatnya yang hidup di
zaman ini dan di zaman yang akan datang,
semata-mata karena mereka tidak memakai
jilbab didalam hidup mereka, telah
diisyaratkan Nabi Muhammad SAW dikala
hidup beliau sebagaimana bunyi hadits
dibawah ini yang artinya sbb:
“Ada satu masa yang paling aku takuti,
dimana ummatku banyak yang mendirikan
shalat, tetapi sebenarnya mereka bukan
mendirikan shalat, dan neraka jahanamlah
bagi mereka”.
Tafsir “…sebenarnya bukan mendirikan
shalat…” dari hadits diatas, ialah nilai shalat
mereka tidak ada disisi Allah karena telah
hapus pahalanya disebabkan kaum wanita
mengingkari ayat jilbab. Begitulah Nabi
Muhammad SAW memberi peringatan
kepada kita semua, bahwa banyak
ummatnya dari kaum wanita yang masuk
neraka biarpun mereka mendirikan shalat,
tetapi tidak memakai jilbab didalam hidup,
"Semoga menjadi renungan kita bersama
bahwa yang wajib itu tetap wajib
hukumnya,," Kalau tidak mulai dari
sekarang apakah kita akan menunggu hari
lusa atau disaat kita sudah tua,,,?"
Ingat satu hal Malaikat maut itu tidak
menunggumu hari lusa besok atau taun
depan mungkin satu menit,jam atau hari
esok kita telah dicabut nyawanya oleh
malaikat maut,,"dan kita benar-benar
menjadi orang yang merugi setelah hari itu
datang kepada kita,,"
Buat ukhtii Berjilbab Yuks,,,,"memakai
jilbab itu indah dan terhormat dimata
manusia juga dimata ALLAH"
raihlah amal , silahkan bagikan kepada ke
teman2mu,, ^___^

Sumber : sebutir syair dari tetesan embun

Senin, 21 April 2014

Dukun politik jelang pemilu

Surakarta (An-najah.net) – Jelang Pemilu
2014, sejumlah orang yang mengaku
penasihat spiritual atau dukun menawarkan
jasa bagi calon anggota legislatif yang ingin
sukses melenggang ke kursi wakil rakyat.
Tidak sedikit calon yang mempercayai ‘orang
pintar’ ini, meski tidak sedikit mencibir
praktek mistis ini.
Salah satu dukun yang sering didatangi
adalah Kiai Suryo. Ia seorang dukun yang
membuat heboh melalui video berjudul
‘Merah Delima’ yang diunggah ke Youtube
19 Februari 2014 lalu, mengaku bisa
memuluskan jalan seseorang untuk bisa
menjadi anggota legislatif.
“DPRD dan DPD Rp 250 juta. Kalau DPR
pusat sampai wali kota bupati tarifnya sama,
Rp 1 miliar,” kata Suryo ketika dihubungi
merdeka.com.
Sementara itu, menurut seorang sosiolog
Trimarhaeni di Semarang. Mengatakan
perbuatan merdukun itu suatu hal lucu.
Bahkan perbuatan itu tidak masuk akal. Ia
mengatakan wajar jika rakyat yang cerdas
tidak mau memilih karena yang dipilih
seperti itu. “Rakyat memang harus jadi
pemilih yang cerdas, maka wajar jika rakyat
tidak memilih karena mareka tidak mau
memilih caleg seperti itu” ungkapnya kepada
reporter metroTV.
Namun, jika umat Islam mau kembali kepada
Islam. Maka Islam telah menunjukkan bahwa
perbuatan mendatangi dukun itu haram
hukumnya. Dan perbuatan itu merupakan
kekafiran dan bisa terjerumus dalam
kesesatan.
Para dukun mengaku mengetahui hal-hal
yang ghaib itu hanya didasarkan atas
perkiraan belaka, atau dengan cara
mendatangkan jin, dan meminta tolong
kepada jin-jin itu tentang sesuatu yang
mereka inginkan. Perbuatan seperti ini bisa
masuk kedalam jurang kesyirikan.
Rasulullah Saw bersabda,
ﻣَﻦْ ﺃَﺗَﻰ ﻛَﺎﻫِﻨًﺎ ﺃَﻭْ ﻋَﺮَّﺍﻓًﺎ ﻓَﺼَﺪَّﻗَﻪُ ﺑِﻤَﺎ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﻓَﻘَﺪْ ﻛَﻔَﺮَ ﺑِﻤَﺎ ﺃُﻧْﺰِﻝَ
ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ
“Barang siapa mendatangi dukun atau rukang
ramal, lalu membenarkan apa yang ia
katakana, maka sungguh dia telah kafir
terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad shallallaahu ‘alaihi
wasallam.” (HR. Bukhari – Muslim)
Rasulullah juga bersabda,
ﻟَﻴْﺲَ ﻣِﻨَّﺎ ﻣَﻦْ ﺗَﻄَﻴَّﺮَ ﺃَﻭْ ﺗُﻄُﻴِّﺮَ ﻟَﻪُ ﺃَﻭْ ﺗَﻜَﻬَّﻦَ ﺃَﻭْ ﺗُﻜُﻬِّﻦَ ﻟَﻪُ ﺃَﻭْ ﺳَﺤَﺮَ
ﺃَﻭْ ﺳُﺤِﺮَ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺗَﻰ ﻛَﺎﻫِﻨًﺎ ﻓَﺼَﺪَّﻗَﻪُ ﺑِﻤَﺎ ﻳَﻘُﻮْﻝُ ﻓَﻘَﺪْ ﻛَﻔَﺮَ ﺑِﻤَﺎ ﺃُﻧْﺰِﻝَ
ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ
“Bukan dari golongan kami orang yang
meramal nasib dan yang minta diramalkan,
orang yang melakukan praktek perdukunan
dan yang memanfaatkan jasa perdukunan,
yang melakukan praktek sihir (tenung) atau
yang memanfaatkan jasa sihir (minta
ditenungkan). Dan barangsiapa mendatangi
dukun dan membenarkan apa yang ia
katakan, maka sesungguhnya ia telah kafir
pada apa yang diturunkan kepada
Muhammad shallallaahu ‘alaihi
wasallam.” (HR. Al-Bazzar dengan sanad
Jayyid).
Rasulullah Saw, menegaskan melalui
sabdanya:
ﻣَﻦْ ﺃَﺗَﻰ ﻋَﺮَّﺍﻓًﺎ ﻓَﺴَﺄَﻟَﻪُ ﻋَﻦْ ﺷَﻲْﺀٍ ﻟَﻢْ ﺗُﻘْﺒَﻞْ ﻟَﻪُ ﺻَﻠَﺎﺓٌ ﺃَﺭْﺑَﻌِﻴﻦَ ﻟَﻴْﻠَﺔً
“Barang siapa mendatangi tukang ramal dan
menanyakan sesuatu kepadanya, tidak akan
diterima shalatnya selama empat puluh
malam.” (HR. Muslim, dan dalam riwayat
lain disebutkan empat puluh hari).
Berkembangnya praktek dukun ini memang
benar-benar lucu, tidak masuk akal dan
sangat memprihatikan. Fenomena dukun
politik ini menunjukkan kesesatan mereka
diatas kesesatan. (Anwar/annajah)

Minggu, 20 April 2014

4 wanita islam terbaik


1. Maryam Binti Imran (Ibunda Nabi Isa AS)
Maryam adalah simbol wanita dalam ibadah
dan ketinggian darajat ketakwaannya kepada
Allah serta mampu memelihara kesucian diri
dan kehormatannya ketika mengabdikan
dirinya kepada Allah.

2. Asiyah Binti Muza (Istri Firaun)
Asyiah adalah simbol teladan bagi wanita
beriman yang tetap mempertahankan
keimanannya kepada Allah, meskipun
suaminya menyiksanya dengan siksaan yang
amat berat, asiyah tetap memegang teguh
keimanannya pada Allah SWT.

3. Khadijah binti Khuwailid (Istri Nabi
Muhammad SAW)
Khadijah adalah simbol kepada isteri yang
setia tanpa mengenal lelah mendampingi
suaminya menegakkan panji-panji kebenaran
Islam, berkorban jiwa raga dan segala harta
bendanya serta rela menanggung berbagai
risiko dan cobaan dalam menyebarkan risalah
Islam yang diamanahkan pada bahu
Rasulullah. Subhanallah, bahkan wanita ini
merelakan seluruh hartanya untuk
kepentingan dakwah, kepentingan seluruh
umat.

4. Fatimah binti Muhammad (puteri
kesayangan Rasulullah)
Fatimah adalah simbol wanita yang solehah;
anak yang soleh dan taat dihadapan ayahnya;
isteri yang setia dan taat di hadapan suaminya
serta ibu yang bijaksana di hadapan putera
puterinya. Dialah pemuka segala wanita dan
juga seorang wanita mithali yang setiap detik
kehidupan yang dilaluinya, sewajarnya
dijadikan panutan Muslimah.

Memilih pemimpin


Setiap lima tahun sekali,
rakyat Indonesia senantiasa berharap, berdo’a
kepada Allah dan berikhtiar melalui Pemilu,
agar dapat menemukan sosok pemimpin yang
dapat mewujudkan cita-cita kemerdekaan
Indonesia. Yaitu, menjadi bangsa yang
berdaulat, adil dan makmur bagi seluruh
rakyat Indonesia. Namun, do’a, harapan, dan
ikhtiar rakyat Indonesia belum juga terwujud.
Pilpres setiap lima tahun sekali, sampai
sekarang ternyata hanya utopia. Presiden
terpilih yang datang silih berganti tidak dapat
menjalankan amanah konstitusi, gagal
memenuhi cita-cita kemerdekaan. Mereka
justru menjadi fir’aun-fir’aun kecil yang
menjerumuskan rakyatnya ke jalan neraka.
ﻭَﺟَﻌَﻠْﻨَﺎﻫُﻢْ ﺃَﺋِﻤَّﺔً ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻭَﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻟَﺎ ﻳُﻨْﺼَﺮُﻭﻥَ
) 41 ( ﻭَﺃَﺗْﺒَﻌْﻨَﺎﻫُﻢْ ﻓِﻲ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻟَﻌْﻨَﺔً ﻭَﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻫُﻢْ ﻣِﻦَ
ﺍﻟْﻤَﻘْﺒُﻮﺣِﻴﻦَ ) 42(
“Kami telah menjadikan Fir’aun dan para
pembesarnya sebagai pemimpin yang
mengajak manusia ke neraka. Pada hari
kiamat kelak, mereka tidak akan
mendapatkan penolong dari siksa neraka.
Kami timpakan laknat kepada Fir’aun dan
para pembesarnya di dunia ini. Pada hari
kiamat kelak, mereka termasuk orang-orang
yang diadzab di neraka.” (Qs. Al-Qashash,
28: 41-42)
Fir’aun, artinya orang yang lari dari
pertolongan Allah Swt. Kepemimpinan
Fir’aun, atau Fir’aunisme merupakan contoh
buruk penguasa zalim sepanjang masa.
Kekuasaannya bersumber pada hawa nafsu,
menolak ajaran Allah, tidak memiliki
ideologi dan tujuan hidup, selain kesenangan
duniawi serta kenikmatan sensual.
Di zaman modern ini, Fir’aunisme
merupakan jelmaan dari penguasa dan
penindas sekaligus. Seperti disebut dalam Al-
Qur’an, gaya kepemimpinan Fir’aunisme
suka menyalah gunakan wewenang untuk
kepentingan kekuasaannya. Mengadu domba
dan memecah belah rakyat, supaya rakyat
menjadi lemah dan tidak berani melawan.
Didukung para loyalis dan birokrasi
kekuasaan, ia melakukan rekayasa, bila perlu
rekapaksa terhadap rakyat guna
melanggengkan kekuasaannya. Untuk
kepentingan ini, ia tak segan membunuh
lawan politiknya secara tak
berprikemanusiaan. Inilah karakter dan gaya
kepemimpinan yang jahat, warisan raja-raja
Fir’aun.
Akibat tragis kekuasaannya yang zalim,
maka Fir’aun bersama kroninya dilaknat oleh
Allah, ditimpa malapetaka yang dahsyat.
ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺃَﺧَﺬْﻧَﺎ ﺁﻝَ ﻓِﺮْﻋَﻮْﻥَ ﺑِﺎﻟﺴِّﻨِﻴﻦَ ﻭَﻧَﻘْﺺٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺜَّﻤَﺮَﺍﺕِ ﻟَﻌَﻠَّﻬُﻢْ
ﻳَﺬَّﻛَّﺮُﻭﻥَ ) 130 (
“Kami telah menghukum kaum Fir’aun
dengan bencana paceklik dan kekurangan
buah-buahan, supaya mereka mau menyadari
kesalahannya.” (Qs. Al-A’raaf, 7: 130)
ﻓَﺄَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢُ ﺍﻟﻄُّﻮﻓَﺎﻥَ ﻭَﺍﻟْﺠَﺮَﺍﺩَ ﻭَﺍﻟْﻘُﻤَّﻞَ ﻭَﺍﻟﻀَّﻔَﺎﺩِﻉَ ﻭَﺍﻟﺪَّﻡَ ﺁﻳَﺎﺕٍ
ﻣُﻔَﺼَّﻠَﺎﺕٍ ﻓَﺎﺳْﺘَﻜْﺒَﺮُﻭﺍ ﻭَﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻗَﻮْﻣًﺎ ﻣُﺠْﺮِﻣِﻴﻦَ ) 133 (
“Kemudian Kami pun mengirimkan puting
beliung, belalang, kutu, katak, dan banjir
darah kepada kaum Fir’aun sebagai tanda
ancaman Allah yang rinci dan jelas, namun
kaum Fir’aun tetap congkak. Sejak dahulu
kaum Fir’aun adalah kaum yang suka
berbuat dosa.” (Qs. Al-A’raaf, 7: 133)
Dimanapun di dunia ini, apakah di Amerika,
Iran, Arab Saudi, Mesir, Pakistan, Rusia,
Cina, Israel, Indonesia atau dimana saja, jika
seorang penguasa menggunakan
kekuasaannya untuk berbuat zalim pada
rakyatnya, tidak menaati Allah Swt,
sesungguhnya dia telah memosisikan dirinya
sebagai musuh Allah. Dan jika penguasa
negara telah menjadi musuh Allah, inilah titik
bahaya bagi sebuah negara. Selamanya akan
menjadi bangsa terlaknat di dunia, dan
mendapat adzab di akhirat, sampai mereka
bertobat.
Memilih Pemimpin
Pemilu legislatif 9 April 2014, baru saja
berlalu. Dan beberapa bulan lagi menghadapi
Pilpres. Petualangan Parpol Islam, berakhir
sebagai pecundang dan dipecundangi parpol
sekuler. Sebagai kekuatan politik, umat Islam
Indonesia bukan saja ditindas,
dikesampingkan, tapi juga dilumpuhkan.
Ibarat kata, eksistensi parpol Islam sekadar
aksesoris.
Setelah bencana kekalahan yang terus
menerus menerpa, dari pemilu ke pemilu,
mungkinkah para aktor politik ini menyadari
kesalahannya? Sambil menanti masa suram
parpol Islam berlalu, kita berharap janganlah
potensi umat Islam dihamburkan untuk
tujuan yang tidak berdaya guna.
Bercerminlah sejenak pada sabda Rasulullah
Saw di bawah ini:
ﺇِﻥَّ ﺭَﺑِّﻲ ﻗَﺎﻝَ : ﻳَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪُ ، ﺇِﻧِّﻲ ﺇِﺫَﺍ ﻗَﻀَﻴْﺖُ ﻗَﻀَﺎﺀً ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻟَﺎ ﻳُﺮَﺩُّ ،
ﻭَﺇِﻧِّﻲ ﺃَﻋْﻄَﻴْﺘُﻚَ ﻟِﺄُﻣَّﺘِﻚَ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﺃُﻫْﻠِﻜَﻬُﻢْ ﺑِﺴَﻨَﺔٍ ﻋَﺎﻣَّﺔٍ ، ﻭَﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﺃُﺳَﻠِّﻂَ
ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻋَﺪُﻭًّﺍ ﻣِﻦْ ﺳِﻮَﻯ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻬِﻢْ ﻓَﻴَﺴْﺘَﺒِﻴﺢَ ﺑَﻴْﻀَﺘَﻬُﻢْ ، ﻭَﻟَﻮْ ﺍﺟْﺘَﻤَﻊَ
ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻣَﻦْ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﻗْﻄَﺎﺭِﻫَﺎ …
“Sesungguhnya Tuhanku telah berfirman:
“Bila Aku telah memutuskan sesuatu, maka
keputusan itu tidak akan berubah lagi.
Sesungguhnya Aku telah memberikan
kepadamu untuk umatmu, bahwa Aku tidak
akan membinasakan mereka dengan
menurunkan malapetaka. Aku juga tidak
akan menjadikan mereka dikuasai oleh
musuh mereka, tetapi mereka akan binasa
oleh kekuatan mereka sendiri, dan sekalipun
musuh bersatu untuk menghancurkan mereka
tidaklah akan berhasil.” (HR. Muslim, At-
Tirmidzi, dan Ahmad dari Tsauban)
Sebagian pengamat mengatakan, kondisi
parpol Islam yang terus menerus
dipecundangi parpol sekuler, belum pernah
menang sepanjang sejarah pemilu di
Indonesia; disebabkan jualan agama sudah
tidak laku. Parpol sekuler lebih unggul dalam
strategi penggalangan massa dan pengalaman
berpolitik mereka jauh lebih hebat.
Namun, menurut logika akal sehat tidaklah
demikian. Siasat lawan politiknya tidak akan
berhasil bilamana parpol Islam tetap
konsisten berpegang pada agama Allah
dalam mengemban misi politiknya. Tidak
perlu khawatir akan dikuasai oleh musuh-
musuhnya, selama mereka benar-benar
mampu mengendalikan hawa nafsunya dan
melaksanakan Syariat Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
Jika ternyata kaum muslimin dapat
dikalahkan atau dilumpuhkan secara politik,
itu semata-mata akibat kelalaian dan
pengingkaran terhadap Syariat Islam. Sebab
yang membuat kaum muslimin kuat adalah
komitmen dan konsistensi mereka dalam
menjalankan Islam sehari-hari, sehingga
segala makar dan tipu muslihat musuh untuk
melemahkan mereka tidak akan berpengaruh
apa-apa. Sesungguhnya Allah Swt. telah
menegaskan, umat Islam tidak akan dapat
dikuasai dan dibinasakan oleh musuh-
musuhnya, tetapi mereka akan hancur oleh
ulah dan kesalahannya sendiri.
Dengarlah wasiat Khalifah ‘Umar Bin Khattab
RA kepada panglima perang Sa’ad bin Abi
Waqqash RA saat akan berjihad melawan
pasukan Persia dalam peperangan Qadisiyah
yang terjadi pada tahun 14 H / 636 M.
“Aku memerintahkanmu dan seluruh anggota
pasukanmu untuk bertakwa kepada Allah
dalam setiap keadaan, karena taqwa kepada
Allah adalah senjata yang paling kuat dan
strategi yang paling jitu untuk mengalahkan
musuhmu dalam peperangan. Dan aku
memerintahkanmu beserta seluruh anggota
pasukanmu untuk berhati hati terhadap
perbuatan maksiat, lebih dari kehati-hatian
kalian terhadap musuh, karena kemaksiatan
tentara Islam lebih aku khawatirkan daripada
pasukan musuh.
Sesungguhnya pasukan muslimin diberi
pertolongan oleh sebab musuh-musuhnya
yang berbuat kemaksiatan kepada Allah. Jika
bukan karena itu, niscaya kita tidak akan
berdaya menghadapi pasukan musuh, karena
jumlah kita tak sebanding dengan jumlah
pasukan musuh, persenjataan kita lebih
sedikit dibandingkan persenjataan musuh.
Jika kita tidak berbuat maksiat, maka kita
akan menang, karena kemenangan kita bukan
karena kekuatan kita. Tapi karena
pertolongan Allah.
Dan ketahuilah, selama perjalanan kalian,
Allah mengirim para malaikat hafadzah yang
akan mengawasi. Maka teruslah merasa malu
kepada mereka. Janganlah kalian bermaksiat
kepada Allah, padahal kalian sedang berada
di jalanNya.
Janganlah kalian berkata bahwa kalian pasti
menang karena musuh pasti lebih buruk dari
kalian, sehingga mereka tidak akan mungkin
menguasai kalian. Boleh jadi suatu kaum
dikuasai oleh kaum yang buruk, sebagaimana
Bani Israil yang dikuasai kaum Majusi.
Karena Bani Israil telah melakukan hal-hal
yang membuat Allah murka.
Mohonlah kepada Allah agar menolong
kalian melawan hawa nafsu kalian,
sebagaimana kalian juga memohon
pertolongan dari Allah dalam melawan
musuh-musuh kalian.”
Lalu apa kesalahan parpol Islam, sehingga
umat Islam ikut menanggung malu dan
merasakan akibat buruk dari kesalahan ini?
Kesalahan terbesarnya adalah tidak adanya
komitmen yang tegas dan loyalitas yang jelas
terhadap Islam.
Dalam hal ini parpol Islam bahkan tidak
segan-segan mengkhianati konstituennya.
Menolak memperjuangkan Syariat Islam,
bahkan menghilangkan asas Islam dan tidak
mau disebut parpol Islam, padahal basisnya
konstituen Muslim serta didukung ormas
Islam. Bukankah ini berarti berkhianat pada
konstituennya sendiri?
Selain itu, kegemaran mereka untuk
bertengkar dan saling melemahkan. Pada
gilirannya, masing-masing parpol Islam lebih
happy berkoalisi dengan parpol sekuler dan
lebih memilih dipimpin oleh pemimpin
sekuler daripada dipimpin di bawah bendera
Islam.
Menurut statistik, penduduk Indonesia
mayoritas beragama Islam, tapi mengapa
tidak berpengaruh dalam perolehan suara
parpol Islam? Hitung-hitungan mayoritas
umat Islam di Indonesia, bukanlah
berdasarkan kualitas, melainkan jumlah yang
tertera dalam KTP.
Oleh karena itu, klaim umat Islam hanya
yang memilih parpol Islam saja, sudah tidak
relevan lagi. Bukan berarti membenarkan
sikap parpol yang bersifat terbuka, non
sektarian dan alasan-alasan oportunis lainnya.
Tetapi semua yang mengaku beragama Islam,
apapun parpol dan ormasnya, berkewajiban
menunjukkan komitmennya terhadap
agamanya, untuk hidup dan mencari
penghidupan berdasarkan syariat Islam.
Mereka tidak boleh sekadar Muslim
demografi, sekadar Muslim KTP; atau Islam
geografi, karena tinggal di wilayah mayoritas
Islam.
Dalam Pilpres nanti, yang bebas dan rahasia
itu, demi kemaslahatan bangsa Indonesia
seluruhnya, maka lepaskan jubah organisasi,
lepaskan pula baju parpol. Selama mengaku
beragama Islam wajib baginya memilih
pemimpin sesuai yang diajarkan agamanya.
Sebagai ilustrasi, orang Amerika sudah tentu
tidak akan rela dipimpin orang Iran.
Begitupun bangsa Rusia tidak akan mau
diperintah orang Pakistan, pemerintah
komunis China pasti menolak dipimpin orang
Mesir. Begitulah semestinya, orang Islam
tidak akan mau dipimpin oleh mereka yang
membenci dan menolak ajaran Islam.
Seperti apakah pemimpin yang seharusnya
dipilih menjadi Presiden RI, negara yang
berdasarkan Ketuhanan YME, demi
keselamatan di dunia dan akhirat kita? Inilah
petunjuk Al-Qur’an dalam memilih
pemimpin:
ﻭَﺟَﻌَﻠْﻨَﺎﻫُﻢْ ﺃَﺋِﻤَّﺔً ﻳَﻬْﺪُﻭﻥَ ﺑِﺄَﻣْﺮِﻧَﺎ ﻭَﺃَﻭْﺣَﻴْﻨَﺎ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﻓِﻌْﻞَ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮَﺍﺕِ ﻭَﺇِﻗَﺎﻡَ
ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻭَﺇِﻳﺘَﺎﺀَ ﺍﻟﺰَّﻛَﺎﺓِ ﻭَﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻟَﻨَﺎ ﻋَﺎﺑِﺪِﻳﻦَ )73 (
“Kami jadikan masing-masing mereka
sebagai pemimpin yang memberikan
petunjuk kepada manusia dengan izin Kami.
Kami perintahkan kepada mereka untuk
melakukan amal-amal shalih, menegakkan
shalat dan mengeluarkan zakat. Mereka
semua senantiasa taat kepada Allah.” (Qs.
Al-Anbiyaa, 21: 73)
Bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin
negara yang mampu membimbing rakyatnya
ke arah kebaikan, menjalankan roda
kekuasaannya di bawah bimbingan kitab suci
Al-Qur’an. Seorang pemimpin yang peduli
nasib rakyatnya, tidak korup, mengerjakan
shalat, mengeluarkan zakat, dan memiliki
integritas dengan ditopang kekuatan akhlak.
Semua persyaratan ini demi kemaslahatan
seluruh bangsa Indonesia.
Pertanyaannya, apakah bangsa Indonesia
memiliki stok pemimpin dengan karakter dan
integritas sebagaimana ayat di atas? Alangkah
sukarnya mencari tokoh Islam yang bisa
menjadi uswatun hasanah . Kebanyakan
mereka hanya pandai melukis Islam di bibir,
tapi mengotorinya dalam perbuatan. Tidak
sedikit dari mereka yang dianggap tokoh
Islam, pandai berkata tapi tidak berbuat apa-
apa, bahkan menjadi alat propaganda negara
lain.
Jika belum ada, sebaiknya rakyat Indonesia
bersabar dan mempersiapkan capres untuk
lima tahun mendatang. Apabila pada Pilpres
2014 diprediksi pemenangnya adalah capres
yang tidak memenuhi aspirasi Qur’ani di
atas, maka UU Pemilu menjamin kebebasan
untuk memilih atau tidak memilih.
Firman Allah SWT:
ﻗَﺎﻝَ ﻣُﻮﺳَﻰ ﻟِﻘَﻮْﻣِﻪِ ﺍﺳْﺘَﻌِﻴﻨُﻮﺍ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﺻْﺒِﺮُﻭﺍ ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽَ ﻟِﻠﻪِ
ﻳُﻮﺭِﺛُﻬَﺎ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِ ﻭَﺍﻟْﻌَﺎﻗِﺒَﺔُ ﻟِﻠْﻤُﺘَّﻘِﻴﻦَ ) 128 ( ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺃُﻭﺫِﻳﻨَﺎ
ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻞِ ﺃَﻥْ ﺗَﺄْﺗِﻴَﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِ ﻣَﺎ ﺟِﺌْﺘَﻨَﺎ ﻗَﺎﻝَ ﻋَﺴَﻰ ﺭَﺑُّﻜُﻢْ ﺃَﻥْ ﻳُﻬْﻠِﻚَ
ﻋَﺪُﻭَّﻛُﻢْ ﻭَﻳَﺴْﺘَﺨْﻠِﻔَﻜُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻓَﻴَﻨْﻈُﺮَ ﻛَﻴْﻒَ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ ) 129 (
“Musa berkata kepada kaumnya: “Wahai
kaumku, mohonlah pertolongan kepada Allah
dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi ini
semua milik Allah, dan diwariskan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki di antara
hamba-hamba-Nya. Dan balasan yang baik
akan diberikan kepada orang-orang yang taat
kepada Allah.” Kaum Musa berkata kepada
Musa: “Wahai Musa, sebelum kamu datang
kepada kami, kami telah teraniaya, begitu
juga setelah kamu datang.” Musa berkata:
“Wahai kaumku, semoga Tuhan kalian
membinasakan musuh kalian dan menjadikan
kalian sebagai penggantinya untuk mengatur
negeri ini. Allah akan menguji bagaimana
kalian mengatur negeri ini.”” (Qs. Al-A’raaf,
7: 128-129)
Wallahu a’lam bis shawab!

Sumber : arrahmah.com